Senin, 23 Mei 2016



Kebidanan Komunitas

 

OLEH:

KELOMPOK 10

·         Friska Marpaung
·         Risya Nadapdap
·         Seri Tarigan
·         Sindi Sianturi





STIKes SANTA ELISABETH MEDAN
T.A 2015/2016


LATAR BELAKANG
            Tingginya angka kematian ibu dan bayi menunjukan masih rendahnya kualitas pelayanaan kesehatan. Delapan puluh persen persalinan di masyarakat masih di tolong oleh tenaga non-kesehatan, seperti dukun. Dukun di masyarakat masih memegang peranan penting, dukun di anggap sebagai tokoh masyarakat. Masyarakat masih memercayakan pertolongan persalinan oleh dukun, karena pertolongan persalinan oleh dukun di anggap murah dan dukun tetap memberikan pendampingan pada ibu setelah melahirkan, seperti merawat dan memandikan bayi.
            Untuk mengatasi permasalahan persalinan oleh dukun, pemeritah membuat suatu terobosan dengan melakukan kemitraan dukun dan bidan. Salah satu bentuk kemitraan tersebut adalah dengan melakukan pembinaan dukun yan merupakan salah satu tugas dan tanggung jawab bidan.  Maka dari itu tugas dan tanggung jawab bidan terhadap dukun bayi sangat memberikan kontribusi yang cukup penting. Tenaga yang sejak dahulu kala sampai sekarang memegang peranan penting dalam pelayanan kebidanan ialah dukun bayi atau nama lainnya dukun beranak, dukun bersalin, dukun peraji.
            Dalam lingkungan dukun bayi merupakan tenaga terpercaya dalam segala soal yang terkait dengan reproduksi wanita. Dukun bayi biasanya seorang wanita sudah berumur ± 40 tahun ke atas. Pekerjaan ini turun temurun dalam keluarga atau karena ia merasa mendapat panggilan tugas ini. Pengetahuan tentang fisiologis dan patologis dalam kehamilan, persalinan, serta nifas sangat terbatas oleh karena itu apabila timbul komplikasi ia tidak mampu untuk mengatasinya, bahkan tidak menyadari akibatnya, dukun tersebut menolong hanya berdasarkan pengalaman dan kurang professional.
            Dukun bayi yang ada harus ditingkatkan kemampuannya, tetapi kita tidak dapat bekerjasama dengan dukun bayi dalam mengurangi angka kematian dan angka kesakitan (Prawirohardjo, 2005)
Tingginya angka kematian ibu dan bayi menunjukan masih rendahnya kualitas pelayanaan kesehatan. Delapan puluh persen  persalinan di masyarakat masih di tolong oleh tenaga non-kesehatan, seperti dukun. Dukun di masyarakat masih memegang peranan penting, dukun di anggap sebagai tokoh masyarakat. Masyarakat masih memercayakan pertolongan persalinan oleh dukun, karena pertolongan persalinan oleh dukun di anggap murah dan dukun tetap memberikan pendampingan pada ibu setelah melahirkan, seperti merawat dan memandikan bayi. Untuk mengatasi permasalahan persalinan oleh dukun, pemeritah membuat suatu terobosan dengan melakukan kemitraan dukun dan bidan. Salah satu bentuk kemitraan tersebut adalah dengan melakukan pembinaan dukun. 
Pembinaan adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang masyarakat pemerintah dalam rangka meningkatkan ketrampilan dan mempersempit kewenangan sesuai dengan fungsi dan tugasnya.
Pembinaan dukun adalah suatu pelatihan yang di berikan kepada dukun bayi oleh tenaga kesehatan yang menitik beratkan pada peningkatan pengetahuan dukun yang bersangkutan, terutama dalam hal hygiene sanitasi, yaitu mengenai kebersihan alat-alat persalinan dan perawatan bayi baru lahir, serta pengetahuan tentang perawatan kehamilan, deteksi dini terhadap resiko tinggi pada ibu dan bayi, KB, gizi serta pencatatan kelahiran dan kematian. Pembinaan dukun merupakan salah satu upaya menjalin kemitraan antara tenaga kesehatan (bidan) dan dukun dengan tujuan menurunkan angka kematian ibu dan bayi.
            Kader kesehatan masyarakat adalah laki-laki atau wanita yang dipilih oleh masyarakat dan dilatih untuk menangani masalah-masalah kesehatan perseorangan maupun masyarakat untuk berkerja dalam hubungan yang amat dekat dengan tempat-tempat pemberian pelayanan kesehatan.
           
Kader merupakan tenaga masyarakat yang dianggap paling dekat dengan masyarakat departemen kesehatan membuat kebijakan mengenai latihan untuk kader yang dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan, menurunkan angka kematian ibu dan anak. Kader kesehatan masyarakat bertanggung jawab atas masyarakat setempat serta pimpinan yang ditujuk oleh pusat-pusat pelayanan kesehatan                    .
           
Para kader kesehatan masyarakat untuk mungkin saja berkerja secara fullteng atau partime dalam bidang pelayanan kesehatan dan mereka tidak dibayar dengan uang atau bentuk lainnya oleh masyarakat setempat atau oleh puskesmas. Namun ada juga kader kesehatan yang disediakan sebuah rumah atau sebuah kamar serta beberapa peralatan secukupnya oleh masyarakat setempat.
           



1.1.PEMBINAAN KADER DI KOMUNITAS
      1.1.1.Pengertian Kader


Kader kesehatan masyarakat adalah laki-laki atau wanita yang dipilih oleh masyarakat dan dilatih untuk menangani masalah-masalah kesehatan perseorangan maupun masyarakat untuk berkerja dalam hubungan yang amat dekat dengan tempat-tempat pemberian pelayanan kesehatan.
Kader merupakan tenaga masyarakat yang dianggap paling dekat dengan masyarakat departemen kesehatan membuat kebijakan mengenai latihan untuk kader yang dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan, menurunkan angka kematian ibu dan anak. Para kader kesehatan masyarakat itu seyogyanya memiliki latar belakang pendidikan yang cukup sehingga memungkinkan mereka untuk membaca, menulis dan menghitung secara sedarhana.
Kader kesehatan masyarakat bertanggung jawab atas masyarakat setempat serta pimpinan yang ditujuk oleh pusat-pusat pelayanan kesehatan. Diharapkan mereka dapat melaksanakan petunjuk yang diberikan oleh para pembimbing dalam jalinan kerja dari sebuah tim kesehatan.
Para kader kesehatan masyarakat untuk mungkin saja berkerja secara fullteng atau partime dalam bidang pelayanan kesehatan dan mereka tidak dibayar dengan uang atau bentuk lainnya oleh masyarakat setempat atau oleh puskesmas. Namun ada juga kader kesehatan yang disediakan sebuah rumah atau sebuah kamar serta beberapa peralatan secukupnya oleh masyarakat setempat.

      1.1.2.Peran Fungsi Kader
Peran dan fungsi kader sebagai pelaku penggerakan masyarakat:
a. perilaku hidup bersih dan sehat
b. pengamatan terhadap masalah kesehatan didesa
c. upaya penyehatan dilingkungan
d. peningkatan kesehatan ibu, bayi dan balita
e. bermasyarakatan keluarga sadar gizi

            Kader di tunjukan oleh masyarakat dan biasanya kader melaksanakan tugas-tugas kader kesehatan masyarakat yang secara umum hampir sama tugasnya dibeberapa Negara yaitu:
1.Pertolongan pertama pada kecelakaan dan penanganan penyakit yang ringan
2.Melaksanakan pengobatan yang sederhana
3.Pemberian motivasi dan saran-saran pada ibu-ibu sebelum dan sesudah melahirkan
4.Menolong persalinan
5.Pemberian motivasi dan saran-saran tentang perawatan anak
6.Memberikan motivasi dan peragaan tentang gizi
7.Program penimbangan balita dan pemberian makanan tambahan
8.Pemberian motivasi tentang imunisasi dan bantuan pengobatan
9.Melakukan penyuntikan imunisasi
10.Pemberian motivasi KB
11.Membagikan alat-alat KB
12.Pemberian motivasi tentang sanitasi lingkungan,kesehatan perorangan dan kebiasaan sehat secara umum.
13.Pemberian motivasi tentang penyakit menular,pencegahan dan perujukan.
14.Pemberian motivasi tentangperlunya fall up pada penyakit menular dan perlunya memastikan diagnosis.
15.Penenganan penyakit menular.
16.Membantu kegiatan di klinik.
17.Merujuk penderita kepuskesmas atau ke RS
18.Membina kegiatan UKS secara teratur
19.Mengumpulkan data yang dibutuhkan oleh puskesmas membantu pencatatan dan pelaporan.

      1.1.3.Pembentukan Kader

Mekanisme pembentukan kader membutuhkan kerjasama tim. Hal ini disebabkan karena kader yang akan dibentuk terlebih dahulu harus diberikan pelatihan kader. Pelatihan kader ini diberikan kepada para calon kader didesa yang telah ditetapkan.Sebelumnya telahdilaksanakan kegiatan persiapan tingkat desa berupa pertemuan desa, pengamatan dan adanya keputusan bersama untuk terlaksanakan acara tersebut. Calon kader berdasarkan kemampuan dan kemauan berjumlah 4-5 orang untuk tiap posyandu. Persiapan dari pelatihan kader ini adalah:
1. calon kader yang kan dilatih
2. waktu pelatihan sesuai kesepakatan bersama
3. tempat pelatihan yang bersih, terang, segar dan cukup luas
4. adanya perlengkapan yang memadai
5. pendanaan yang cukup
6. adanya tempat praktik ( lahan praktik bagi kader )

Tim pelatihan kader melibatkan dari beberapa sector. Camat otomatis bertanggung jawab terhadap pelatihan ini, namun secara teknis oleh kepala puskesmas. Pelaksanaan harian pelatihan ini adalah staf puskesmas yang mampu melaksanakan. Adapun pelatihannya adalah tanaga kesehatan, petugas KB (PLKB), pertanian, agama, pkk, dan sector lain.
Waktu pelatihan ini membutuhkan 32 jam atau disesuaikan. Metode yang digunakan adalah ceramah, diskusi, simulasi, demonstrasi, pemainan peran, penugasan, dan praktik lapangan. Jenis materi yang disampaikan adalah:
1. pengantar tentang posyandu
2. persiapan posyandu
3. kesehatan ibu dan anak
4. keluarga berencana
5. imunisasi
6. gizi
7. penangulangan diare
8. pencatatan dan pelaporan

      1.1.4.Strategi menjaga Eksistensi Kader
Setelah kader posyandu terbentuk, maka perlu ada nya strategi agar mereka dapat selalu eksis membantu masyarakat dibidang kesehatan.
1.refresing kader posyandu pada saat posyandu telah selesai dilaksanakan oleh bidan desa maupun petugas lintas sector yang mengikuti kegiatan posyandu
 2.adanya perubahan kader posyandu tiap desa dan dilaksanakan pertemuan rutin tiap bulan secara bergilir disetiap posyandu
3.revitalisasi kader posyandu baik tingkat desa maupun kecamatan. Dimana semua kader di undang dan diberikan penyegaran materi serta hiburan dan bisa juga diberikan rewards.
4.Pemberian rewards rutin misalnya berupa kartu berobat gratis kepuskes untuk kader dan keluarganya dan juga dalam bentuk materi yang lain yang diberikan setiap tahun

Para kader kesehatan yang bekerja dipedesaan membutuhkan pembinaan atau pelatihan dalam rangka menghadapi tugas-tugas mereka, masalah yang dihadapinya.
Pembinaan atau pelatihan tersebut dapat berlangsung selama 6-8 minggu atau bahkan lebih lama lagi. Salah satu tugas bidan dalam upaya menggerakkan peran serta masyarakat adalah melaksanakan pembinaan kader.
Adapun hal-hal yang perlu disampaikan dalam pembinaan kader adalah :
1.Pemberitahuan ibu hamil untuk bersalin ditenaga kesehatan ( promosi bidan siaga)
2.Pengenalan tanda bahaya kehamilan, persalinan dan nifas serta rujukannya.
3.Penyuluhan gzi dan keluarga berencana
4.Pencatatan kelahiran dan kematian bayi atau ibu
5.Promosi tabulin, donor darah berjalan,ambulan desa,suami siaga,satgas gerakan sayang ibu.
























1.2.PEMBINAAN DUKUN BAYI DI KOMUNITAS
1.2.1.Pengertian Dukun Bayi
Dukun bayi adalah orang yang dianggap terampil dan dipercaya oleh masyarakat untuk menolong persalinan dan perawatan ibu dan anak sesuai kebutuhan masyarakat.(Dep Kes RI. 1994 : 2)
 Dukun bayi adalah seorang anggota masyarakat, pada umumnya seorang wanita yang mendapat kepercayaan serta memiliki ketrampilan menolong persalinan secara tradisional dan memperoleh ketrampilan tersebut dengan cara turun temurun belajar secara praktis atau cara lain yang menjurus kearah penigkatan ketrampilan tersebut serta melalui petugas kesehatan.
Dukun bayi adalah seorang anggota masyarakat, pada umumnya seorang wanita yang mendapat kepercayaan serta memiliki keterampilan menolong persalinan secara tradisional dan memperoleh keterampilan tersebut dengan cara turun-temurun belajar secara praktis atau cara lain yang menjurus kearah peningkatan keterampilan tersebut serta melalui petugas kesehatan. Dukun bayi adalah seorang wanita atau pria yang menolong persalinan. Kemampuan ini diperoleh secara turun menurun dari ibu kepada anak atau dari keluarga dekat lainnya (Kusnada Adimihardja)

Dukun mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
·         Pada umumnya adalah seorang anggota masyarakat yang cukup dikenal di desa.
·         Pendidikan tidak melebihi pendidikan orang biasa, umumnya buta huruf 
·         Pekerjaan sebagai dukun umumnya bukan untuk tujuan mencari uang tetapi karena ‘panggilan’ atau melalui mimpi-mimpi, dengan tujuan untuk menolong sesama 
·         Disamping menjadi dukun, mereka mempunyai pekerjaan lainnya yang tetap. Misalnya petani, atau buruh kecil sehingga dapat dikatakan bahwa pekerjaan dukun hanyalah pekerjaan sambilan.
·         Ongkos yang harus dibayar tidak ditentukan, tetapi menurut kemampuan dari masing-masing orang yang ditolong sehingga besar kecil uang yang diterima tidak sama setiap waktunya.
·         Umumnya dihormati dalam masyarakat atau umumnya merupakan tokoh yang berpengaruh, misalnya kedudukan dukun bayi dalam masyarakat .

Menurut Sarwono Prawiroharjo (1999) ciri dukun bayi adalah :
·         Dukun bayi biasanya seorang wanita, hanya dibali terdapat dukun bayi pria.
·         Dukun bayi umumnya berumur 40 tahun keatas.
·         Dukun bayi biasanya orang yang berpengaruh dalam masyarakat.
·         Dukun bayi biasanya mempunyai banyak pengalaman dibidang sosial, perawatan diri sendiri, ekonomi, kebudayaan dan pendidikan.
·         Dukun bayi biasanya bersifat turun menurun.

Pembagian Dukun Bayi, Menurut Depkes RI, dukun bayi dibagi menjadi 2 yaitu :
·         Dukun Bayi Terlatih, adalah dukun bayi yang telah mendapatkan pelatihan oleh tenaga kesehatan yang dinyatakan lulus.
·         Dukun Bayi Tidak Terlatih, adalah dukun bayi yang belum pernah terlatih oleh tenaga kesehatan atau dukun bayi yang sedang dilatih dan belum dinyatakan lulus.

Kesalahan yang sering dilakukan oleh dukun sehingga dapat mengakibatkan kematian ibu dan bayi, antara lain :

1.Terjadinya robekan rahim karena tindakan mendorong bayi didalam rahim dari luar sewaktu melakukan pertolongan pada ibu bersalin
2.Terjadinya perdarahan pasca bersalin yang disebabkan oleh tindakan mengurut-ngurut rahim pada waktu kala III.
3.Terjadinya partus tidak maju, karena tidak mengenal tanda kelainan partus dan tidak mau merujuk ke puskesmas atau RS. Untuk mencegah kesalahan tindakan dukun tersebut di perlukan suatu bimbingan bagi dukun. 

1.2.2.Peran Dukun Bayi
      1.Memberitahu ibu hamil untuk bersalin di tenaga kesehatan. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah persalinan yang aman yang dilakukan oleh tenaga kesehatan diantaranya bersalin dengan bidan karena bidan :
a.Bisa menilai secara tepat bahwa persalinan sudah dimulai dan dapat memberikan pelayanan dan pemantauan yang memadai dengan memperhatikan kebutuhan ibu selama proses persalinan berlangsung.
b.Dapat melakukan pertolongan persalinan yang aman.
c.Bidan melakukan pengeluaran plasenta dengan peregangan tali pusat dengan benar
d.Bidan mengenali secara tepat tanda – tanda gawat janin dan tanda bahaya dalam persalinan sehingga dapat melakukan rujukan secara tepat.
      2.Mengenali tanda bahaya pada kehamilan persalinan nifas dan rujukannya
      3.Pengenalan dini tetanus neonatorum BBL dan rujukanya

Kelebihan Dan Kekurangan Bersalin Pada Dukun

            Peran dukun sangat sulit ditiadakan karena masih mendapat kepercayaan masyarakat. Terdapat kelebihan dan kekurangan persalinan yang ditolong oleh dukun antara lain :
      a.Kelebihan
1)      Dukun merawat ibu dan bayinya sampai tali pusatnya putus.
2)      Kontak ibu dan bayi lebih awal dan lama
3)      Persalinan dilakukan di rumah
4)      Biaya murah dan tidak ditentukan.
      b.Kekurangan
1)     Dukun belum mengerti teknik septic dan anti septic dalam menolong persalinan.
2)     Dukun tidak mengenal keadaan patologis dan kehamilan, persainan, nifas dan bayi baru lahir.
3)     Pengetahuan dukun rendah sehingga sukar ditatar dan di ikutsertakan dalam program pemerintah. (Pedoman Supervise Dukun Bayi, 1992)

1.2.3.Tujuan pembinaan dukun bayi

Dukun bayi merupakan tokoh kunci dalam masyarakat yang berpotensi untuk meningkatkan kesehatan ibu dan bayi. Peran dan pengaruh dukun sangat bervariasi sesuai dengan budaya yang berlaku. Peran dukun dalam masa perinatal sangat kecil atau dukun memiliki wewenang yang terbatas dalam pengambilan keputusan tentang cara penatalaksanaan komplikasi kehamilan atau persalinan, sehinngga angka kematian masih tinggi.
Untuk mengatasi hal tersebut di atas, yaitu untuk meningkatkan status dukun dalam pengambilan keputusan, maka di lakukan upaya pelatihan dukun bayi agar mereka memiliki pengetahuan dan ide baru yang dapat di sampaikan dan di terima oleh anggota masyarakat.
Beberapa program pelatihan dukun bayi memperbesar peran dukun bayi dalam program KB dan pendidikan kesehatan di berbagai aspek kesehatan reproduksi dan kesehatan anak. Pokok dari pelatihan dukun adalah untuk memperbaiki kegiatan-kegiatan yang sebenarnya sudah di lakukan oleh dukun, seperti memberikan saran tentang kehamilan, melakukan persalinan bersih dan aman, serta mengatasi masalah yang mungkin muncul pada saat persalinan, sehingga angka kematian ibu dan bayi dapat di kurangi atau di cegah sedini mungkin.

1.2.4.Langkah pembinaan dukun bayi

Pembinaan dukun dilakukan dengan memperhatikan kondisi, adat, dan peraturan dari masing-masing daerah atau dukun berasal ,karena tidak mudah mengajak seseorang dukun untuk mengikuti pembinaan. Beberapa langkah yang dapat dilakukan bidan dalam pembinaan dukun adalah sebagai berikut:
a. Fase I: pendaftaran Dukun
     1) Semua dukun yang berpraktek didaftar dan diberikan tanda terdaftar
     2) Dilakukan assesment mengenai pengetahuan/ ketrampilan dan sikap mereka dalam                 penanganan kehamilan dan persalinan
b.  Fase II : Pelatihan
     1) Dilakukan pelatihan sesuai dengan hasil assesment
     2) Diberikan sertifikat
     3) Diberikan penataan kembali tugas dan wewenang bidan dalam pelayanan kesehatan ibu
     4) Yang tidak dapat sertifikat tidak diperkenankan praktek
c. Fase III : Pelatihan oleh tenaga terlatih
    1) Persalinan hanya boleh dilakukan oleh tenaga trelatih
    2) Pendidikan bidan desa diprioritaskan pada anak dan keluarga dukun

1.2.5.Upaya pembinaan dukun bayi

Dalam praktiknya, melakukan pembinaan dukun di masyarakat tidaklah mudah. Masyarakat masih menganggap dukun sebagai tokoh masyarakat yang patut dihormati, memiliki peran penting bagi ibu-ibu di desa. Oleh karena itu, di butuhkan upaya agar bidan dapat melakukan pembinaan dukun. Beberapa upaya yang dapat dilakukan bidan di antaranya adalah sebagai berikut:
1.Melakukan pendekatan dengan para tokoh masyarakat setempat.
2.Melakukan pendekatan dengan para dukun.
3.Memberikan pengertian kepada para dukun tentang pentingnya persalinan yang bersih dan aman.
4.Memberi pengetahuan kepada dukun tentang komplikasi-komplikasi kehamilan dan bahaya proses persalinan.
5.Membina kemitraan dengan dukun dengan memegang asas saling menguntungkan.
6.Menganjurkan dan mengajak dukun merujuk kasus-kasus resiko tinggi kehamilan kepada tenaga kesehatan.

Pelaksana supervisi / bimbingan / pembinaan
·         Dokter
·         Bidan
·         Perawat kesehatan
·         Petugas imunisasi
·         Petugas gizi

Tempat pelasanaan pembinaan dukun bayi
·         Posyandu pada hari buka oleh petugas / pembina posyandu
·         Perkumpulan dukun bayi dilaksankan di puskesmas.

Waktu pelaksanaan pembinaan dukun bayi
·         Saat kunjungan supervisi petugas puskesmas di posyandu di desa tempat tinggal dukun.
·         Pertemuan rutin yang telah disepakat
·         Waktu-waktu lain saat petugas bertemu dengan dukun bayi
·         Saat mendampingi dukun bayi waktu menolong persalinan

1.2.6.Klasifikasi pembinaan dukun bayi

Berikut adalah klasifikasi materi yang di berikan untuk melakukan pembinaan dukun:
      1.Promosi Bidan Siaga
            Salah satu cara untuk melakukan promosi bidan siaga, yaitu dengan melakukan pendekatan dengan dukun bayi yang ada di desa untuk bekerja sama dalam pertolongan persalinan. Bidan dapat memberikan imbalan jasa yang sasuai apabila dukun menyerahkan ibu hamil untuk bersalin ke tempat bidan. Dukun bayi dapat di libatkan dalam perawatan bayi baru lahir. Apabila cara tersebut dapat di lakukan dengan baik, maka dengan kesadaran, dukun akan memberitaukan ibu hamil untuk melakukan persalinan di tenaga kesehatan (bidan). Ibu dan bayi selamat, derajat kesehatan ibu dan bayi di wilayah tersebut semakin meningkat.

      2.Pengenalan Tanda Bahaya Kehamilan, Persalinan, Nifas, dan Rujukan
            Dukun perlu mendapatkan peningkatan pengetahuan tentang perawatan pada ibu hamil, sehingga materi tentang pengenalan terhadap ibu hamil yang beresiko tinggi, tanda bahaya kehamilan, persalinan, nifas, dan rujukan merupakan materi yang harus di berikan, agar dukun bayi dapat melakukan deteksi dini kegawatan atau tanda bahaya pada ibu hamil, bersalin, nifas dan segera mendapatkan rujukan cepat dan tepat.
            Berikut ini adalah materi-materi dalam pelaksanaan pembinaan dukun:
a.Pengenalan golongan resiko tinggi
b.Pengenalan tanda-tanda bahaya pada kehamilan
c.Pengenalan tanda-tanda bahaya pada persalinan
d.Pengenalan tanda-tanda kelainan pada nifas

      3.Pengenalan Dini Tetanus Neonatorum, BBLR, dan Rujukan
      Tetanus neonatorum
Tanda-tanda Tetanus Neonatorum :
1.Bayi baru lahir yang semula bisa menetek dengan baik tiba-tiba tidak bisa menetek.
2.Mulut mencucu seperti mulut ikan.
3.Kejang terutama bila terkena rangsang cahaya, suara dan sentuhan.
4.Kadang-kadang disertai sesak nafas dan wajah bayi membiru.
Penyebab terjadinya Tetanus Neonatorum :
      1.Pemotongan tali pusat pada waktu pemotongan tidak bersih.
      2.Perawatan tali pusat setelah lahir sampai saat puput tidak bersih atau diberi bermacam-macam ramuan.

      4.Penyuluhan Gizi dan KB
      a. Gizi pada ibu hamil.
·         Ibu hamil makan makanan yang bergizi yang mengandung empat sehat lima  sempurna.
·         Makan satu piring lebih banyak dari sebelum hamil.
·         Untuk menambah tenaga, makan makanan selingan pagi dan sore hari seperti kolak, kacang hijau, kue-kue dan lain-lain.
·         Tidak ada pantangan makan selama hamil.
·         Minum 1 tablet tambah darah selama hamil dan nifas.
      b.Gizi pada bayi

      5.Pencatatan kelahiran dan kematian
Dukun bayi melakukan pencatatan dan pelaporan dari persalinan yang ditolongnya kepada Puskesmas atau Desa dan Kelurahan.

Hambatan Dan Solusi Dalam Pembinaan Dukun
            Hambatan – hambatan yang sering di jumpai dalam melakukan pembinaan dukun di masyarakat di antaranya adalah sebagai berikut :
a.Sikap dukun yang kurang kooperatif
b.Kultur yang kuat
c.Sosial ekonomi
d.Tingkat pendidikan
















Daftar Pustaka
Bari saifudin, abdul. 2002. buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta : yayasan bina pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Prof. Dr. Azwar, Azrul. MPH. 2002. asuhan persalinan normal. Jakarta : tim revisi edisi 2007.